Presiden Prabowo Subianto Ambil Langkah Cepat Terkait Ancaman Perang Dagang Dunia

Berita Terkini – Seperti yang kita tahu, saat ini seluruh negara di dunia sedang dihebohkan dengan adanya kebijakan tarif dan perang dagang dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Sebagai informasi bahwa beberapa hari yang lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah resmi mengeluarkan kebijakan tentang kenaikan tarif 32% untuk barang impor, dan tarif resiprokal terhadap negara-negara yang menerapkan tarif tinggi atas produk asal Amerika Serikat (AS).

Donald Trump mengumumkan bahwa dirinya ingin memprioritaskan negara dan bangsanya terlebih dahulu, dan dengan kebijakan tersebut maka negaranya akan disegani oleh banyak negara di dunia.

Meskipun memberi keuntungan terhadap negara Amerika Serikat, tetapi kebijakan dari Donald Trump tersebut justru dinilai akan menimbulkan konflik dan berpotensi menimbulkan dampak negatif signifikan terhadap sektor industri teknologi.

Menurut Penelitian dan Laporan dari CNBC, maka dijelaskan bahwa raksasa teknologi seperti Amazon, Nvidia, dan Meta telah mengalami penurunan saham secara signifikan yakni sekitar 7% selama beberapa hari berturut-turut.

Selanjutnya, merek hp raksasa dunia, yakni Apple juga mengalami penurunan nilai pasar sekitar USD 300 miliar.

Lalu, ada sektor semikonduktor dan komputer pribadi, termasuk Micron, HP, dan Dell, juga mengalami kerugian nilai pasar sekitar dua digit.

Karena meluasnya dampak dari kebijakan Donald Trump tersebut, akhirnya Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto melakukan gebrakan dan langkah besar yang dapat menekan angka kerugian atau dampak negatif dari kebijakan Donald Trump tersebut.

Direktur Indonesia Political Review (IPR) Iwan Setiawan menjelaskan, saat ini Presiden Prabowo Subianto telah melakukan diskusi dan diplomasi ke beberapa pemimpin negara di dunia.

Presiden Prabowo Subianto telah resmi melakukan diplomasi atau forum diskusi dengan lima pemimpin negara di dunia, seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan; Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim; Yang Mulia Yang di-Pertuan Agong XVII Sultan Ibrahim; Sultan Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah; dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Direktur Indonesia Political Review (IPR) Iwan Setiawan menilai bahwa kelima negara tersebut mempunyai peluang dan power yang besar untuk menyelesaikan masalah kebijakan Donald Trump, pasalnya kelima negara tersebut merupakan negara yang tidak bergantung terhadap kebijakan proteksionis, dan mereka juga merupakan mitra perdagangan raksasa di benua Asia, Eropa, dan Timur Tengah.

Menurut Iwan Setiawan, adanya konflik perang dagang ini dapat dijadikan sebagai ujian dan pengalaman dari masa pemerintahan Prabowo-Gibran, dan Presiden Prabowo Subianto juga telah memprediksi hal ini jauh-jauh hari sebelum masa jabatannya berlangsung.

Bahkan, saat ini Presiden Prabowo Subianto juga telah mempunyai program unggulan yang dapat memperkuat kedaulatan ekonomi nasional, program unggulan tersebut meliputi hilirisasi, memperkuat kemitraan dengan negara lain, mencetuskan Danantara agar investasi manufaktur tidak tergantung asing.

Disisi lain, Direktur Indonesia Political Review (IPR) Iwan Setiawan juga menegaskan bahwa kita sebagai negara yang hebat dan mempunyai sumber daya alam yang melimpah harus gagah dan berani dalam menghadapi konflik perang dagang dunia saat ini.

 

ASEN Tidak Akan Membalas

Prabowo Kumpul Bareng Para Pimpinan Negara Asia Tenggara, Warganet: ASEAN Spirit! - Ayo Kebumen

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, para asosiasi negara di ASEAN telah berkomitmen untuk tidak akan membalas kebijakan tarif resiprokal Donald Trump.

Menurut Airlangga Hartarto, para pemimpin negara ASEAN lebih menyukai forum diskusi dengan kepala dingin, yakni melakukan negosiasi sehat dengan Amerika Serikat (AS) terkait konflik perang dagang saat ini.

Bahkan, saat ini para pemimpin negara ASEAN telah melakukan diskusi internal untuk meredamkan konflik perang dagang yang ada, dan pihak ASEAN ingin membuat perjanjian mitra dagang yang sehat dengan negara Amerika Serikat (AS).

Perjanjian mitra dagang yang dimaksud adalah seperti Perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi (TIFA) yang telah ada sejak tahun 1996, perjanjian TIFA merupakan perjanjian perdagangan yang mengatur kerja sama ekonomi antara dua negara atau lebih, dan TIFA juga dapat membantu untuk memperluas perdagangan yang sehat dan menyelesaikan perselisihan.

COMMENTS

Leave a Comment