Pertamina Mengumumkan Harga BBM Akan Segera Naik

Berita Terkini – Baru-baru ini, warganet dihebohkan dengan kabar bahwa harga BBM akan segera naik.

Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) menghimbau kepada seluruh masyrakat untuk tidak panik berlebihan.

Irto Ginting, selaku Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga mengatakan, masyarakat tidak perlu panik dan melakukan pembelian BBM secara berlebihan.

Irto Ginting menegaskan, masyarakat harus bijak dalam membeli BBM, jadi harus membeli sesuai dengan kebutuhan.

“Kami menghimbau agar konsumen bisa hemat dalam menggunakan BBM, dan membeli sesuai dengan kebutuhan,” ujar Irto Ginting.

Menurut Irto Ginting, pihak Pertamina masih belum bisa mengumumkan kapan tanggal dan waktu penetapan kenaikkan harga BBM.

“Kami masih menunggu arahan dari regulator,” ujar Irto Ginting.

Badan Pengendalian Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengklaim bahwa kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite maupun Solar berpotensi akan habis pada Oktober dan November 2022 mendatang.

“Seperti yang kita sampaikan di berbagai tempat, Oktober atau November bisa sudah tidak ada lagi Pertalite dan Solar. Kecuali ada kebijakan untuk menambah kuota (BBM subsidi),” ujar Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman.

Saleh Abdurrahman mengatakan, volume penyaluran BBM subsidi jenis Solar telah mencapai 8,3 juta kilo liter (KL) hingga Juni 2022. Sedangkan kuota Solar bersubsidi telah dipatok sebesar 14,9 juta KL.

Selanjutnya, volume penyaluran BBM subsidi jenis Pertalite telah menembus 14,2 juta KL. Sedangkan kuota Pertalite hanya dipatok 23 juta KL.

Oleh karena itu, pihak Pertamina telah membatasi kuota pembelian BBM Subsidi.

Menindas Buruh

Pertamina Apresiasi Polri Tindak Tegas Penyelewengan BBM Subsidi

Para buruh yang ikut tergabung dalam  Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan bahwa dirinya tidak setuju dengan kenaikkan harga BBM Subsidi.

Said Iqbal mengaku, upah buruh pada tahun ini 2022, tercatat tidak mengalami kenaikkan, atau mengalami kenaikkan tetapi sangat tipis.

Jadi, jika BBM Subsidi dinaikkan, maka masyarakat kelas menengah kebawah akan protes pasalnya hal utama yang ia utamakan adalah pangan.

Said Iqbal mengatakan ada beberapa dampak jika BBM Subsidi dinaikkan.

Harga BBM naik yang direncanakan menjadi Rp 10 ribu per liter akan mengakibatkan daya beli buruh dan masyarakat kecil turun secara drastis. Hal ini, karena, selama tiga tahun berturut-turut upah buruh tidak mengalami kenaikan akibat adanya omnibus law. Hal ini mengakibatkan daya beli buruh turun 30 persen. Jika BBM naik, bisa jadi daya beli akan turun sebesar 50 persen.

“Sudahlah 3 tahun upah tidak naik, sedangkan inflansi dan pertumbuhan ekonomi jika ditotal mencapai 10 persen. Setelah itu ditimpa lagi dengan rencana kenaikan harga BBM. Ini namanya menindas rakyat,” ujar Said Iqbal.

Said Iqbal menegaskan, Menteri Keuangan dan jajaran bidang perekonomian mempunyai watak atau mental kolonial.

Jadi, jika negara tidak memiliki anggaran maka yang akan diperas atau dipojokkan adalah rakyatnya.

“Kalau ingin membandingkan harga BBM di tiap negara, maka harus dilihat juga income perkapita atau setidak-tidaknya upah minimum,” ujar Said Iqbal.

“Katakanlah harga BBM di Amerika Serikat sebesar 20 ribu. Tetapi income perkapita di sana sudah 30 ribu dollar. Kalau dirupiahkan sekitar 52 juta. Sehingga kalau harga BBM 20 ribu rupiah, ya sangat murah,” sambungnya.

 

Dibandingkan Dengan Malaysia

VIRAL : Cara Daftar Subsidi Tepat MyPertamina, Lewat Website dan Offline di SPBU Terdekat

Said Iqbal membandingkan dengan negara Malaysia, harga BBM di Malaysia Rp 33 ribu per liter, tetapi negara Malaysia mempunyai income perkapita Rp 30 juta.

Dengan harga BBM Rp 33 ribu tersebut, maka bagi negara Maysia hal itu bisa dibilang murah.

Sekarang bandingkan Indonesia harga BBM dipatok 6.750 per liter, Income perkapitanya 4.500 dollar. Dengan harga BBM sebesar itu, di Indonesia terbilang mahal.

Said Iqbal juga menegaskan bahwa saat in ibanyak masyarakat kelas menengah keatas yang masih menggunakan BBM Subsidi.

menurut Said Iqbal, hal ini tidaklah adil, pasalnya BBM Subsidi hanya digunakan untuk masyarakat kelas menengah kebawah.

“Harusnya Menkeu duduk di POM bensin untuk melihat secara langsung. Apakah ada mobil orang kaya yang menggunakan pertalite? Kalau pun ada sangat sedikit, jangan seolah-olah menyalahkan orang kaya, tetapi membuat kebijakan yang merugikan rakyat kecil,” tutupnya.

COMMENTS

Leave a Comment