- Ganjar Pranowo Janji Akan Memberikan Perhatian Khusus Kepada Penyandang Disabilitas
- Heboh Harga Bahan Pangan Melambung Tinggi Menjelang Libur Nataru
- Presiden Joko Widodo Gelar Penanaman Pohon Serentak Untuk Atasi Polusi Udara di Jabodetabek
- Heboh Megawati Sebut Ada Penguasa Yang Bertindak Seperti Orde Baru
- Presiden Joko Widodo Melantik dan Memberikan Wejangan Kepada Panglima Agus Subiyanto
Harga LPG Nonsubsidi Resmi Naik Mulai Hari Ini

Berita Terkini – Baru-baru ini, warganet dihebohkan dengan naiknya harga LPG Nonsubsidi jenis Bright Gas 5,5 kg dan elpiji 12 kg.
Banyak pengusaha restoran yang mengeluhkan dan protes karena kenaikkan harga LPG Nonsubsidi.
Seperti yang kita tahu, saat ini harga komoditas seperti cabai, dan bawang mengalami kenaikan harga yang sangat drastis.
Eddy Sutanto, selaku Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) mengatakan, naiknya harga LPG Nonsubsidi dapat memicu inflasi makanan.
“Sekarang inflasinya udah di atas antara bahan baku dengan harga jual, mungkin udah di atas 25 persen. Jadi memang berat sekali udah. Restoran sekarang tuh lagi berat banget,” ujar Eddy Sutanto.
“Raw materialnya kan naik semua. Sekarang kayak bawang aja sudah mencapai Rp 110 ribu. Cabai aja Rp 130 ribu,” sambungnya.
Eddy Susanto menyebut bahwa pengusaha restoran hanya bisa patuh kepada kenaikkan harga tersebut, pasalnya kenaikkan harga bukan terjadi di Indonesia saja, tetapi di seluruh dunia.
“Ya gitu kan kita lihatnya. Kecuali di dunia enggak naik, terus di Indonesia naikin sendiri. Di mana-mana (harga) udah naik,” ujar Eddy Susanto.
Eddy Susanto meminta kepada seluruh pengusaha restoran untuk menerima keadaan ini, pasalnya kita harus menyadari bahwa minyak bumi dunia harganya naik.
“Sulitnya kan kita karena harga minyak dunia naik, jadi itu yang susah,” ujar Eddy Susanto.
“Kalau pemerintah terus subsidi juga kan, sampai kapan? Kan ekonominya semu. Harus siap lah masyarakat dengan non-subsidi, harus lebih efisien, etos kerjanya ditingkatkan,” sambungnya.
Penyebab
Harga LPG non Public Service Obligation (non PSO) atau elpiji nonsubsidi terjadi penyesuaian per tangal 10 Juli 2022.
Hal ini membuat harga elpiji jenis Bright Gas 5,5 kg dan elpiji 12 kg mengalami kenaikkan.
Irto Ginting, selaku Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga mengatakan, kenaikkan harga elpiji terpaksa dinaikkan karena menyesuaikan dan mengikuti tren harga dari Contract Price Aramco (CPA).
Irto Ginting mengaku bahwa pihaknya tidak dapat memprediksi apakah harga tersebut akan terus naik atau tidak.
“Kita lihat di CPA bulan depan, harapannya tidak naik signifikan,” ujar Irto Ginting.
Diketahui, tren harga CPA pada Juli ini mencapai USD 725 per metrik ton (MT), atau lebih tinggi 13 persen dari rata-rata CPA pada tahun 2021 lalu.
“Untuk yang subsidi, pemerintah masih turut andil besar dengan tidak menyesuaikan harganya,” ujar Irto Ginting.
Tidak Mempengaruhi Infasi
Pengamat energi sekaligus Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, kenaikkan harga gas non subsidi memang merupakan hal yang tepat.
Mamit Setiawan mengaku, menaikkan harga produk non subsidi merupakan upaya pemerintah untuk menekan adanya kerugian harga CP Aramco.
“Jadi saya kira kenaikan ini merupakan langkah yang tepat bagi Pertamina untuk menyesuaikan harga LPG NPSO mereka,” ujar Mamit Setiawan.
Mamit Setiawan mengatakan, kenaikkan harga gas non subsidi tidak akan mempengaruhi inflasi terhadap ekonomi Indonesia.
Hal ini dapat terjadi karena pengguna gas non subsidi lebih sedikit dibandingkan pengguna gas subsidi.
“Saya kira tidak berdampak signifikan mengingat saat ini konsumsi LPG NPSO hanya 6 persen dari total konsumsi LPG nasional. Jadi, 94 persen adalah pengguna LPG 3kg. LPG NPSO ini segmented sehingga tidak berpengaruh terhadap inflasi nasional. Migarasi saya kira juga tidak akan banyak,” tutupnya.