- Heboh Pemerintah Berikan Insentif 10 Juta Bagi Masyarakat Yang Ingin Konversi Motor BBM Ke Listrik
- Heboh Harga BBM Pertamina Resmi Turun Per 1 September 2024
- Komisi IX DPR RI Minta Pemerintah Perkuat Deteksi Wabah MPOX di Indonesia
- Presiden Joko Widodo Berencana Berkantor Permanen di IKN Mulai September 2024
- Mendag Akui Indonesia Mampu Menjadi Negara Maju, Tetapi Terhalang Beberapa Hal, Berikut Penjelasannya
Ditemukannya Gaun Orang Kaya era 5.000 Tahun Lalu
Beritaterkini.bizz – London, Pada tahun 1912-1913 dilaksanakan pengerukan yang dikomando oleh W.M. Flinders Petrie di Tarkhan, sebuah pemakaman kuno sekitar 50 km di selatan Kairo, Mesir.
Dalam pengerukan tersebut ditemukan tumpukan kain. Akan tetapi, tim tersebut tidak pernah mendapati keberadaan gaun di tumpukan bahan tersebut.
Beberapa puluh tahun kemudian, pada tahun 1977, tumpukan kain tersebut dikirim ke Victoria and Albert Museum untuk disimpan. Pada saat itulah, barulah didapati keberadaan gaun di antara 17 macam tekstil lainnya.
Setelah diriset memakai penanggalan radiokarbon, gaun gaya V-neck dengan detail lipit itu sudah dikonfirmasi menjadi yang tertua di dunia. Studi yang dilaksanakan oleh University of Oxford pada tahun 2015 itu, menduga gaun tersebut bermula dari tahun masa 3.482-3.101 SM.
Sebelumnya, beberapa baju dari abad kuno juga didapati oleh para periset, Akan tetapi baju tersebut umumnya hanya dipakai dengan cara dibelitkan di tubuh.
Berbeda dengan hasil dapatan baju kuno sebelumnya, gaun ini memiliki corak, dijahit, dan disamakan dengan wujud badan.
Dalam sebuah artikel yang dimuat dalam jurnal Antiquit, sang penulis, Alice Stevenson, kurator dari Petrie Museum of Egyptian Archaeology dan Michael W. Dee dari Research Laboratory for Archaeology and the History of Art menerangkan bahwa barang seperti ini amat langka.
Periset mengutarakan ke National Geographic, bahwa gaun itu kesempatan besar dipunyai oleh sosok yang kaya pada eranya. Meskipun sekarang terlihat seperti baju atasan, Namun diduga pada era dulu gaun itu memiliki panjang sampai menyentuh lantai.
Para periset juga menerangkan bahwa garmen penyusun gaun tersebut terbuat dari serat rami yang tumbuh dalam periode singkat.
Garmen dari serat rami cocok untuk diriset dengan teknik penaggalan karbon.
Dengan keadaan gaun yang utuh, periset mengutarakan bahwa bahan yang dipakai bukanlah dari hasil daur ulang, dan ia pastinya dibikin dengan cara yang tidak sederhana.
Untuk mengatasi peluang kontaminasi seperti minyak atau lemak karena umur, atau perekat dan pengawet dari metode penyimpanan, contoh gaun tersebut diuraikan ke pelarut organik (aseton, metanol, dan kloroform) pada suhu ruang.