Heboh China Kecam Sejumlah Negara Mitra AS Yang Ikut Campur Dengan Tarif Impor

Berita Terkini – Seperti yang kita tahu, saat ini seluruh negara di dunia sedang dihebohkan dengan adanya kebijakan tarif dan perang dagang dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Sebagai informasi bahwa beberapa hari yang lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah resmi mengeluarkan kebijakan tentang kenaikan tarif untuk barang impor, dan tarif resiprokal terhadap negara-negara yang menerapkan tarif tinggi atas produk asal Amerika Serikat (AS).

Donald Trump mengumumkan bahwa dirinya ingin memprioritaskan negara dan bangsanya terlebih dahulu, dan dengan kebijakan tersebut maka negaranya akan disegani oleh banyak negara di dunia.

Diketahui, kebijakan tarif resiprokal tersebut dirayakan oleh Donald Trump dan sejumlah warga negara AS, dan mereka menyebutnya dengan hari kebebasan.

Meskipun memberi keuntungan terhadap negara Amerika Serikat, tetapi kebijakan dari Donald Trump tersebut justru dinilai akan menimbulkan konflik dan berpotensi menimbulkan dampak negatif signifikan terhadap beberapa sektor industri dunia.

Adanya kebijakan tarif impor tinggi dari Donald Trump tersebut juga berpotensi membuat ekonomi global gonjang-ganjing dan berada di puncak ketidakpastian, bahkan saat ini terdapat beberapa negara yang telah mengalami inflasi besar-besaran dan kebangkrutan.

Banyak negara yang merasa dirugikan oleh kebijakan Donald Trump tersebut, dan saat ini terdapat sejumlah negara yang mengajukan negosiasi dengan Donald Trump terkait kenaikan tarif impor AS.

Bukan hanya mengajukan negosiasi saja, tetapi saat ini terdapat beberapa negara yang telah melakukan perlawanan atau membuka perang dagang dengan AS.

Salah satu negara yang telah melakukan perlawanan dan menantang perang dagang AS tersebut adalah negara China.

Dunia sudah mengetahui bahwa negara China dan Amerika Serikat (AS) adalah negara yang sama-sama besar dan sama-sama kuat, keduanya juga merupakan raksasa pasar perdagangan dunia.

China juga kerap dijuluki sebagai raksasa yang tertidur, dan suatu saat China akan bangkit dari tidurnya dan melawan negara besar AS.

Seluruh dunia juga telah mengetahui bahwa China merupakan negara yang mempunyai produk unggul dan harganya sangat terjangkau di pasar global.

Oleh karena itu, saat ini banyak negara yang lebih memilih mengimpor barang atau produk dari China dibandingkan dengan negara Amerika Serikat.

Baru-baru ini, pemerintahan China telah mengumumkan bahwa mereka juga akan menaikan harga tarif barang impor dari Amerika Serikat (AS), dan China juga akan memblokir atau melakukan black list terhadap perusahaan AS yang ada di China.

Bukan hanya mengeluarkan kecaman terhadap negara AS saja, tetapi negara China juga mengancam seluruh negara mitra AS yang turut membantu AS untuk mengintimidasi dan mengisolasi Beijing.

 

Teguran Terbuka

20170406-Donald Trump Bertemu dengan Xi Jinping di Florida-AP

Beberapa pekan yang lalu, Donald Trump telah meminta kepada para mitranya untuk membatasi transaksi dengan negara China, khususnya dalam sektor industri teknologi dan manufaktur.

Bahkan, Donald Trump juga meminta kepada para mitranya untuk tidak lagi mempunyai urusan perdagangan dengan negara China.

Karena adanya kebijakan dari Donald Trump tersebut, akhirnya negara China murka dan berencana untuk membalas semua kebijakan dari Donald Trump tersebut.

Kementerian Perdagangan China mengumumkan, negara China dengan tegas memperingatkan kepada seluruh negara untuk tidak ikut campur dengan urusan perang dagang AS, dan bagi siapapun yang menjadi mitra AS dalam memerangi China, maka negara sekutu tersebut akan diberikan tarif timbal balik yang sangat tinggi.

Menurut Kementerian Perdagangan China, saat ini perdagangan dunia kembali dalam hukum rimba, dimana satu negara akan memerangi negara lainnya demi mementingkan negaranya sendiri dan bertahan hidup di tengah krisis serta ketidakpastian global.

Kementerian Perdagangan China juga membuka peluang bagi setiap negara yang ingin bergabung serta bekerjasama dengan China dalam mempertahankan perdagangan dunia serta mengembalikan kepercayaan global atau ketidakpastian ekonomi dunia.

Kerjasama yang dimaksud adalah tergabung dalam anggota keorganisasian BRICS yang merupakan singkatan dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

BRICS dibentuk guna menciptakan integrasi dan koordinasi ekonomi dan geopolitik global yang lebih maju lagi, dan setiap negara di dunia tidak bergantung terhadap kurs atau mata uang Dolar AS.

Diketahui, saat ini sudah tersebar isu atau berita bahwa BRICS akan menciptakan mata uang sendiri yang akan diakui oleh dunia, dan mata uang tersebut akan dijadikan sebagai alat tukar mata uang satu negara dengan negara yang lainnya.

Disisi lain, BRICS juga mempunyai visi misi yakni membuat perekonomian yang makmur, adil, dan bermanfaat bagi setiap negara di dunia, serta mengedepankan simbiosis mutualisme.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kementerian Perdagangan China dalam konferensi pers internasional pada Senin, 21 April 2025.

COMMENTS

Comments are closed.