- Asosiasi Bank Sampah Dorong Program Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik
- Update BNPB Terkait Jumlah Korban Jiwa Banjir Bandang dan Tanah Longsor Pulau Sumatera
- Menteri ESDM Bahlil Cabut Izin Usaha Tambang Ilegal Secara Massal, Imbas Bencana di Sumatera Utara
- Sido Muncul Tingkatkan Penggunaan Energi Baru Terbarukan Hingga 91 Persen, Berikut Penjelasannya
- Menko Airlangga Sebut Peningkatan Ekonomi Kuartal III Akan Jadi Penentu Perhitungan UMP 2026
Asosiasi Bank Sampah Dorong Program Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik
Berita Terkini – Seperti yang kita tahu, sampah merupakan sisa dari barang atau benda yang telah dibuang atau tidak digunakan lagi oleh manusia.
Sebagai informasi bahwa sampah berasal dari banyak sektor, mulai dari sektor rumah tangga, sektor industri, dan sektor pertanian, contoh dari sumber sampah dari beberapa sektor tersebut meliputi, rumah tangga (sisa makanan dan sampah plastik), industri (limbah pabrik dan limbah rumah sakit), pertanian (sisa dari penggunaan pupuk tanaman dan pupuk kimia).
Diketahui, sampah juga terbagi menjadi dua jenis atau dua kategori, yakni sampah organik atau sampah yang bisa terurai, dan sampah non organik atau sampah yang sangat sulit terurai.
Negara Indonesia mempunyai dua tempat pembuangan sampah di setiap daerahnya, yakni tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA).
Berdasarkan data yang ada, maka dijelaskan bahwa negara Indonesia merupakan negara penghasilan sampah terbesar di dunia, dan rata-rata sampah tersebut masuk dalam kategori sampah non organik atau sampah yang sangat sulit terurai.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengklaim bahwa pada tahun 2025, negara Indonesia telah menghasilkan sampah sebesar 68 juta ton, dan angka tersebut meningkat drastis dibandingkan dengan periode sebelumnya, yakni pada tahun 2024 hanya sebesar 35,01 juta ton.
Peningkatan sampah di Indonesia dapat berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, karena sampah dapat mencemari lingkungan seperti tanah, air dan udara. Hal tersebut nantinya dapat membawa penyakit atau wabah yang serius terhadap masyarakat dan satwa liar di Indonesia.
Bukan hanya membawa penyakit atau wabah saja, bahkan sampah juga dapat menimbulkan beberapa masalah ekonomi, seperti rusaknya pemandangan pariwisata di Indonesia, dan meningkatnya risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
Sebagai contoh nyata bahwa saat ini terdapat keluarga kita di Pulau Sumatera yang sedang dilanda bencana banjir bandang dan tanah longsor, bencana tersebut bukan semata-mata disebabkan karena pembalakan liar di hutan saja, melainkan juga disebabkan karena adanya penumpukan sampah dan tidak adanya pengelolaan sampah dengan benar dan bijak.
Oleh karena itu, pemerintah negara Indonesia harus cepat mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan penumpukan sampah yang terjadi di beberapa daerah.
Sejumlah pakar ahli mengklaim bahwa sampah memang barang yang sudah tidak berguna dan tidak digunakan, tetapi sampah dapat bermutu dan bernilai tinggi jika diolah dan dimanfaatkan dengan benar.
Sebagai contoh bahwa saat ini telah terdapat beberapa negara maju di dunia yang telah berhasil mengolah sampah menjadi tenaga listrik di negaranya.
Bahkan, negara Skandinavia juga melakukan impor sampah dari negara lain dengan skala yang cukup besar, karena negara Skandinavia justru kekurangan sampah, karena bagi mereka sampah bukan lagi barang yang tidak berguna, melainkan sampah adalah bahan baku utama untuk menjadi barang jadi yang bernilai tinggi.
Pemerintah negara Skandinavia juga mengajak kepada seluruh negara di dunia untuk mulai melakukan pengembangan pengolahan sampah di negaranya, karena pengolahan tersebut mampu menekan krisis sampah dunia.
Baru-baru ini, ASOBSI (Asosiasi Bank Sampah Indonesia) mengumumkan bahwa pihaknya akan membuat gerakan bank sampah di seluruh daerah di Indonesia.
Pihak ASOBSI akan mulai melakukan edukasi terhadap pengelolaan sampah dari sumbernya, yakni dari sektor industri, sektor komunitas, dan sektor rumah tangga.
Ketua Umum ASOBSI Wilda Yanti menjelaskan, pihaknya akan memastikan bahwa pengelolahan sampah harus dimulai dari hulu, dikelola secara berkelanjutan, dan nantinya akan berdampak positif signifikan terhadap sosial, lingkungan, dan ekonomi.
Wilda Yanti mengaku bahwa pihak ASOBSI bersedia untuk menjadi jembatan antara pemerintah dengan masyarakat terkait regulasi dan praktik pengolahan sampah dengan bijak dan benar.
Menurut Wilda Yanti, bank sampah adalah program yang sangat penting dan harus diterapkan di sejumlah daerah di Indonesia, khususnya bagi lingkungan yang padat penduduk.
Wilda Yanti mengaku bahwa pengolahan sampah yang kuat harus dimulai dari sumbernya terlebih dahulu, dengan begitu maka kita dapat menekan angka penumpukan sampah di TPA.
Disisi lain, Wilda Yanti juga mengaku bahwa pihaknya akan mendukung penuh program pemerintah tentang Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).
Siswi SMA Berhasil Kembangkan Proyek Digital Inovasi Hijau

Baru-baru ini, Naila siswi SMA (Sekolah Menengah Atas) Unggulan Rushd Sragen, Jawa Tengah telah berhasil melakukan pengembangan proyek inovasi hijau melalui digitalisasi BinBuddy.
Kepala Sekolah SMA Rushd, Eko Sugiyanto menjelaskan, proyek yang dibuat oleh Naila tersebut telah berhasil meraih medali emas di ajang Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) yang di adakan oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek)
Eko Sugiyanto menjelaskan bahwa program pengembangan BinBuddy yang dibuat oleh Naila tersebut berfungsi untuk menjadi jembatan atau penghubung antara nasabah dengan bank sampah terdekat.
Latar belakang dari pengembangan program BinBuddy ini ialah karena saat ini isu kerusakan lingkungan masih marak terjadi di kalangan masyarakat, khususnya di lingkup limbah rumah tangga.
Oleh karena itu, dengan adanya program BinBuddy yang dikembangkan oleh Naila tersebut, maka masyarakat dapat menemukan titik lokasi penyetoran bank sampah yang akan di daur ulang sehingga dapat bermanfaat dan berdampak positif terhadap sosial, lingkungan, dan ekonomi.
Pengembangan proyek BinBuddy ini juga dapat mendukung program pemerintah dalam menekan angka tingkat sampah yang ada di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), karena pengolahan BinBuddy dimulai langsung dari hulu atau langsung dari sumbernya.
Setelah berhasil mendapatkan medali emas dalam mengembangkan proyek inovasi hijau, akhirnya Naila bekerja sama dengan pihak Dinas Lingkungan Hidup untuk memperkaya dan menyempurnakan berbagai macam fiitur yang ada di dalam sistem BinBuddy.
Dalam pengembangan tersebut, Naila bersama Dinas Lingkungan HIdup bukan hanya berfokus terhadap sektor teknologi saja, melainkan keduanya juga berfokus dalam aspek keuntungan yang akan didapatkan oleh nasbah jika mereka menabung di bank sampah melalui BinBuddy.
Dalam prakteknya, masyarakat akan mendapatkan point jika mereka melakukan tabungan ke bank sampah, dan point tersebut dapat dikumpulkan serta dikonversikan ke dalam mata uang rupiah.
Untuk menghindari adanya praktik kecurangan, maka pihak Dinas Lingkungan Hidup juga telah menyiapkan tim audit khusus serta pengamanan sistem BinBuddy yang ketat, agar nantinya masyarakat dan pihak developer tidak bisa memanipulasi tabungan bank sampah.