- Heboh Pemerintah Berikan Insentif 10 Juta Bagi Masyarakat Yang Ingin Konversi Motor BBM Ke Listrik
- Heboh Harga BBM Pertamina Resmi Turun Per 1 September 2024
- Komisi IX DPR RI Minta Pemerintah Perkuat Deteksi Wabah MPOX di Indonesia
- Presiden Joko Widodo Berencana Berkantor Permanen di IKN Mulai September 2024
- Mendag Akui Indonesia Mampu Menjadi Negara Maju, Tetapi Terhalang Beberapa Hal, Berikut Penjelasannya
Antara Kang Emil Dan Ahok
Beritaterkini.biz – Sekitar pertengahan tahun lalu, saya bernasib baik bisa mewawancarai Kang Emil, Walikota Bandung yang kesohor itu. Saat itu saya meliput walking history Konferensi Asia Afrika Bandung. Acara berlangsung sukses. Kang Emil menjadi perbincangan nasional karena berhasil mempercantik kota Bandung. Antusiasme warga Bandung juga ikut membangun atmosfir konferensi asia afrika yang bersejarah.
Kang Emil saat pidato di depan puluhan pemimpin Asia Afrika menggunakan Bahasa Inggris yang fasih. Maklum Kang Emil pernah lima tahun menetap di Amerika. Pada ujung pidato Kang Emil menutup dengan ucapan terima kasih memakai bahasa Sunda Hatur Nuhun Pisan. Kontan kalimat hatur nuhun pisan melambung dan jadi trending topik twitter.
Kemampuan Kang Emil dalam menata Kota Bandung tidak perlu diragukan lagi. Basic keilmuan arsiteknya benar benar menolongnya mengelola kota menjadi indah, nyaman dan manusiawi.
Ia memiliki kemampuan leadership, Manejerial dan imajinasi inovasi membentuk kota yang baik. Kemampuannya ini membuat Kang Emil cepat mencuri perhatian publik Bandung dan Nasional.
Kang Emil adalah antitesa dari Arya Bima walikota Bogor yang menindas kelompok minoritas. Dari mulut Kang Emil saya mendengar langsung bagaimana harmoni keberagaman warga kota Bandung diberikan ruang dan kesempatan dalam membangun kota yang harmoni damai dan toleran.
Kang Emil dengan bangga menyampaikan bahwa semua bangku cantik yang ada di trotoar jalan Asia Afrika adalah sumbangan dari gereja-gereja di Bandung.
Ia bahkan menyampaikan bahwa Bandung adalah contoh toleransi yang hidup. Peran partisipasi warga tanpa memandang suku agama dan golongan benar benar lahir dari pengertian warga yang punya rasa memiliki.
Kang Emil sebagai pemimpin kota berhasil menjadikan warga kota hidup saling menghargai, mencintai kotanya dan peduli kotanya. Itu benar benar saya lihat selama dua hari disana.
Minggu-minggu ini Kang Emil akan memutuskan masa depan pengabdiannya bagi bangsa dan negara. Apakah ikut berkompetisi dalam helatan mencari pemimpin Jakarta yang baru atau tetap menjadi walikota Bandung hingga 2018.
Kang Emil tentu akan memutuskan kemana langkah kakinya. Modal yang dimilikinya sangat layak untuk ikut bertarung melawan Ahok yang di gadang-gadang akan menang mudah pada 2017 mendatang.
Apapun pilihan dan keputusan Kang Emil kita sebagai anak bangsa akan menghormatinya. Kang Emil orang baik, Ahok orang baik, Risma orang baik, mereka semua pemimpin yang menjadi berkat bagi publik.
Pilihan itu akan menegaskan kepada kita bahwa ketika banyak orang baik ingin memenangkan kepercayaan publik maka publiklah yang paling diuntungkan.
Publik diuntungkan akan banyak pilihan pilihan yang baik. Ibarat makanan bergizi terhidang di depan meja, apapun yang kita pilih akan membawa nutrisi gizi bagi pertumbuhan dan kekuatan tubuh kita.
Pada akhir pertemuan di jalan Asia Afrika itu saya menyenggol dengan pertanyaan nakal apakah Kang Emil bersiap untuk pencalonan pilpres 2019 karena publik melihat keberhasilan Kang Emil menjadi tuan rumah KAA?
“Ahh… Saya yang penting kerja..kerja saja. Kalo kesana ya itu tidaklah”, ujar Kang Emil sambil tertawa.
Saya melihat cara Kang Emil mengelola Bandung dan menyiarkan keberhasilannya layak diacungi jempol. Cukup dengan media sosial Kang Emil mampu menghimpun warga kotanya untuk punya rasa memiliki kebanggaan dan kehormatan sebagai warga Bandung yang peduli akan kotanya.
Apakah kemampuan dan modal Kang Emil ini mampu menarik perhatian warga kota Jakarta? Ini tentu pertanyaan menarik. Saya cenderung menilai karakteristik warga kota Bandung dan Jakarta sangat berbeda. Perbedaan ini bukan saja terjadi di akar rumput, namun dilapis pejabat kota, politisi Jakarta juga jauh berbeda.
Jika di Bandung taring-taring menyeringai yang ingin melahap Kang Emil masih gigi susu, maka di Jakarta taring-taring mirip drakula begitu banyak mengintai. Di Jakarta melawan kekejaman harus menggunakan cara yang lebih kejam.
Jika para penjahat begal perampok uang pajak rakyat DKI menggunakan taring drakula maka Gubernur Jakarta harus punya taring maut tajam yang bercahaya matahari. Sekali menyeringai para drakula penghisap uang pajak rakyat akan mati terbakar. Dan itu cuma Ahok yang punya.
So Kang Emil…pikirkanlah dua kali sebelum memutus kemana arah karirmu. Kurang pantas kalo saya menyarankan Kang Emil fokus membenahi Bandung dan Jawa Barat.
Sebagai anak bangsa saya hanya bermimpi Jakarta akan maju dan sejahtera kedepan. Bandung dan Jawa Barat juga maju dan sejahtera kedepan. Dan itu bisa terjadi kalo Ahok memimpin Jakarta dan Kang Emil memimpin Jawa Barat.