- Heboh Presiden AS Donald Trump Resmi Keluar Dari Anggota WHO
- Investor Asing Turut Danai Program 3 Juta Rumah Pemerintahan Prabowo-Gibran
- Heboh Baim Wong Serahkan 82 Bukti dan 3 Saksi Kepada Pihak Pengadilan Terkait Sidang Perceraian Dengan Paula Verhoeven
- Presiden Prabowo Subianto Sebut Negara Jepang Akan Berpartisipasi Dalam Program Makan Siang Bergizi Gratis di Indonesia
- Presiden Prabowo Ingin Tanah Sitaan Korupsi Dialokasikan Untuk Perumahan Rumah Rakyat
Santoso Adalah Teroris Paling Dicari Di Indonesia Dan AS
Beritaterkini.biz – Santoso, dengan kata lain Abu Warda saat ini tidak cuma jadi buronan untuk aparat keamanan Indonesia. Pemimpin grup teror di Poso, Sulawesi Tengah ini dapat sudah masuk kedalam daftar teroris yang paling di cari Amerika Serikat (AS).
Masuknya Santoso dalam daftar hitam itu bikin sosoknya jadi perhatian nasional. Ada yang yakini dia memanglah menyebar teror di Poso, namun seringkali juga yang berasumsi keberadaannya cuma rekaan, sesudah polisi tidak pernah sukses menangkapnya walau selalu mengadakan operasi besar untuk memburunya.
Siapa sesungguhnya Santoso ini sampai bikin ribet aparat keamanan Indonesia?
Bekas Kepala Tubuh Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Ansyaad Mbai meluruskan gosip itu. Dia tidak ingin sosok yang dikira bertanggungjawab pada beberapa tindakan pembunuhan pada warga d Poso itu rekaan.
Dia meyakini, Santoso memanglah benar ada serta kurun waktu dekat bakal di tangkap. Terlebih posisi grup teroris jaringan Santoso ada di Poso sekarang ini selalu tertekan. Paduan Kepolisian serta Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang diberi nama Satgas Tinombala ini selalu menyisir grup Santoso.
” Memanglah banyak yang menyampaikan dia berniat dilewatkan, jadi proyek, agar operasi lama-lama disana. Beberapa orang memperbandingkan seperti DOM (Daerah Operasi Militer) di Aceh dahulu, ” kata Ansyaad pada Beritaterkini.biz, minggu lantas.
Ansyaad mengungkap, Santoso sudah jadi pria yang paling diburu mulai sejak 2007. Dia dituding sebagai otak pembunuhan serta mutilasi pada tiga siswi SMK di Poso, disusul masalah pembunuhan pada beberapa polisi yang dikuburkan dalam satu lubang. Saat ini, telah nyaris satu dekade dia bergerilya hadapi polisi serta TNI.
” Pertama awalannya cuma Polisi, lalu Densus, bila anda ketahui beberapa Polisi lain bahkan juga Polda beberapa banyak juga yang menyampaikan berbarengan BNPT agar bisa donatur dari internasional dsb. Itu banyak gosip itu, itu tak pernah kita tanggapi gosip itu, ” tegasnya.
Santoso adalah pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang di resmikan oleh Abu Bakar Baasyir, laiknya Jemaah Anshorut Tauhid (JAT). Kemudian, dia mulai mengenalkan dianya dengan bikin video serta menebarkannya lewat media sosial.
Perjalanan terornya berawal di tahun 2009, saat Noordin M Top tertangkap pasca-peledakan bom Marriott dua. Peristiwa itu bikin Jemaah Islamiah serta JAT lumpuh, sampai menyebar dalam bebrapa grup kecil seperti jamur.
Akhir 2009, tokoh-tokoh paling utama teroris itu yang dipenjara mulai dibebaskan, satu diantaranya Abu Bakar Baasyir, serta Mustofa serta yang lain-lain. Tengah di Filipina ada Dul Matin dan Umar Patek.
” Pada akhirnya mereka setuju bagaimana mereunifikasi gerakan ini, berarti menghimpun dana semua jenis serta di situ lah Abu Bakar Baasyir terkena mendanai itu. Ada bukti hukumnya. Dia ada keterikatan dengan kursus di Jantho Aceh, pelatihnya yaitu Mustofa serta pendanaannya yaitu Abu Bakar Baasyir dari beragam sumber, ” katanya.
Sayangnya, usaha polisi untuk hentikan teror itu tidak seutuhnya sukses, sebab ada sebagian orang yag sukses lolos. Dari mereka, ada yang ikut serta dalam masalah perampokan CIMB Medan, dan pembantaian di Polsek Hamparan Perak. Sampai tumbuhnya sel terorisme di Klaten, Jawa Tengah. Rangkaian perampokan serta pembunuhan itu disimpan serta dipakai sebagai dana kursus calon anggota baru, tempat yang diambil yaitu Poso.
Walau demikian, polisi yakini Santoso bukanlah putra daerah tetapi pendatang di Poso. Sebelumnya terliat dalam organisasi teror, dia pernah tertangkap lantaran mengambil sepeda motor, tetapi dibebaskan sesudah melakukan hukuman. Meskipun telah membaiat diri dengan menyebutkan berhimpun dengan grup Negara Islam Iraq serta Suriah (ISIS), tetapi pengaruhnya masihlah jauh dibawah Abu Jandal dan Bahrun Naim, otak pemboman di Jalan MH Thamrin, Jakarta.
Berkaitan tudingan Santoso cuma rekaan polisi, Ansyaad melihat ada trauma di saat lantas yang bikin orang jadi apatis pada aksi polisi. Terlebih, propaganda itu makin kencang sesudah disebarluaskan oleh kelompok-kelompo radikal di Indonesia.
” Iya ada propaganda dari grup radikal. Ini tidak cuma saja di kelompok bawah namun juga telah tiba step politisi ada, di intelektual ada. Pemahamannya telah tiba step itu, skeptisisme saat lantas, ” tutupnya.